Pages

Jumat, 03 Februari 2017

Surat Cinta Santri

Cintaku padamu bagaikan ISIM, tak terbatas waktu..dimana aku dan kamu bagaikan MUBTADA' dan KHABAR, aku selalu ada untukmu dan kamu juga begitu padaku...

Juga kita bagaikan FIIL dan FAIL, serasa sepi tak sempurna jika tak bersama..

Dan disaat kamu menjadi MUDHAF, aku rela menjadi MUDHAF ILAIH-NYA untuk menyempurnakanmu..

Dan juga laksana NA'AT MAN'UT, saling serasi jika bersama..

Dan andai kamu tahu, cintaku ini laksana ISIM MABNI, tak akan ada yang merubah rasa ini..

Kukirim sebuah sya'ir cinta untukmu!

Saat itu, aku isim mufrod, tunggal sendiri saja seperti kalimat huruf, sendiri tak bermakna seperti fi'il laazim, mencintai tak ada yang dicinta tak mau terpuruk dan terdiam.

Aku harus jadi mubtada, memulai sesuatu. Menjadi seorang fa'il, yang berawal dari fi'il. Tapi aku seperti fi'il  mudhoori alladzii lam yattashilbiaakhirihii syaiun mencari sesuatu, tapi tak bertemu sesuatu pun diakhir.Bertemu denganmu adalah khobar muqoddam,sebuah kabar yang tak disangka.

Aku pun jadi mubtada muakkhor, perintis yang mulia. Aku mulai dengan sebuah kalam, dari susunan beberapa lafadz yang mufid, terkhusus untuk dirimu dengan penuh ma'na.

Dari sini semua bermula. Aku dan kamu, bagaikan idhofah. Aku mudhof, kamu mudhof ilaih. Tak bisa dipisahkan.

Cintaku padamu, ber'irob rofa. Tinggi
Bertanda dhommah. Bersatu. Cinta kita bersatu, mencapai derajat yang tinggi.

Saat mengejar cintamu, aku cuma isim ber'irob nashob. Susah payah
yang bertanda fathah. Terbuka. Hanya dengan bersusah payah maka jalan itu kan terbuka.

Setelah mendapatkan cintamu, tak mau aku seperti isim yang kofdh. Hina dan rendah. Bertanda Kasroh. Terpecah belah. Jika kita berpecah belah tak bersatu, rendahlah derajat cinta kita. Karenanya, kan kujaga cinta kita, layaknya isim yang ber'irob jazm. Penuh kepastian. Bertanda dengan sukun. Ketenangan terjalin dalam naungan kehidupan ilmu Nahwu dan Shorof.

0 komentar: